Jumat, 11 Juni 2010

Rumah?

Welcome Home! We are one family! You are so precious! Really lhoo!
Masih ingat jargon ini?
Sudah lama ya gak gaung2in jargon ini lagi..
FG bangeet...
Bikin aku betah di FG.

Tapi, apakah benar kita bener2 menghayati, menghidupi, apapun bahasanya, jargon yg kita teriakkan ke temen2 baru yg bergabung ke FG ini?
Beberapa hari yg lalu, aku ngobrol satu orang yg bikin sebuah lagu. Wah, aku bener2 penasaran lagu seperti apa yang dia buat. Karena anak2 FG terkenal suka bikin lagu yg inspiratif benernya, walo agak2 kaco bahasanya (hehehe... maklum.. otodidak..). Tapi buatku, mereka ini TOP BANGET!
Bisa bikin lagu! Gak gampang lho bikin lagu... Berkali-kali aku mau bikin, selalu gagal.. aneh.. geje.. akhirnya aku tinggal. Hahaha...
Setelah itu dia cerita soal inti lagunya. Dia bercerita tentang rumah. Home.
Waow! I love it!
Dia bercerita tentang rumah yg dia tinggali. Begitu indah. Semua saling mendukung sekalipun tidak ada jalan. Benar2 sebuah bayangan rumah yg indah. Tapi kini rumah itu sdh berubah. Kacau. Oleng.

Tiba2 aku tertunduk!
Aku begitu sedih mendengar dia membuat lagu seperti itu.
Kenapa? tanyaku dalam hati.
Ada apa?
Apa ada yang berbeda dengan 'rumah' itu?
Apa arti 'rumah' sebenarnya?
Omongan dari mana yang diucapkan di video FG?
Apakah itu cuma omong kosong belaka?

Benarkah ada yang berbeda dengan rumah kita saat ini?
Apa yang beda dari rumah kita?
Sudahkah kita melihat ke diri kita sendiri?
Jangan2 karena KITAlah maka rumah ini jadi berbeda!
Jangan2 karena pandangan kita, kebiasaan kita, guyonan2nya kita, dan segala hal yang lain, ITU yang membuat rumah kita jadi berbeda!

Apakah karena kedatangan seorang presiden, maka rumah kita berubah jadi istana?
Apakah karena kedatangan seorang gembel, maka rumah kita jadi gubuk?
Nggak kan?
Rumah kita, tetep seperti apa adanya.
Sebagaimana fondasinya dibangun, warna catnya, bentuk rumahnya, kamar2nya, WCnya, dapurnya, siapapun yang dateng dan tinggal di rumah itu, gak akan merubah rumah itu sendiri!
Tinggal, bagaimana sang tuan rumah menyambut tamu2nya.
Bagaimana sang tuan rumah tetap merawat perabot2nya.
Bagaimana sang tuan rumah menjamu tamu2nya.
Bagaimana sang tuan rumah menjalin hubungan dengan anggota keluarganya yang lain.
Semuanya hanyalah komunikasi dan pengertian!

Apakah pantas, seorang tuan rumah marah kepada tamu2nya di tengah pesta, karena sang tamu gak sengaja menumpahkan sup panas di lantai?
Apakah pantas, seorang ibu selalu memandang sinis pada anaknya karena anaknya jarang datang ke rumah karena keperluan lain di luar?
Apakah pantas, seorang homestay parents memarahi habis2an anak homestaynya karena dia tidak mengerti bahasa mereka?
Nggak kayak gitu kan yang kita inginkan?

Kita ingin rumah yang nyaman, suasana kekeluargaan kental banget, saling support, tanpa memandang bulu, dan lain-lain. Tapi kita gak mau coba menyelami, memahami, mengerti satu dengan yang lain.
Hanya menyindir, mengintimidasi, mencibir, yang bisa kita lakukan. Dengan bahasa kita. Dengan gaya kita. Tanpa kita mau tahu, bagaimana orang yang kita ajak bicara, tertawa, sharing, dsb.

Kapan kita belajar jadi tuan rumah yang baik?
Hey, masih banyak kamar2 kosong di rumah kita yang perlu dibersihkan.
Sprei2 butuh untuk dicuci. Selimut2 perlu dihangatkan.
Di gudang masih banyak barang2 lama yang sdh gak kepake perlu untuk dibersihkan.
Ayo..
daripada kita cuma duduk2, gitaran, smsan, tidur2an di kamar yang amburadul, nggosip, ayo kita sama2 bersihkan rumah kita. Ganti pakaian kita yang sudah usang. Sambut temen2 baru kita dengan senyuman & pelukan hangat yang biasa kita lakukan. Kita buat kado sama2 untuk saudara2 kita. Saling tuker kado. Yang isinya kasih.

Nggak ada yang beda kok sama rumah kita.
Rumah kita tetep rumah yang dulu.
Hanya saja orang2nya bertambah.
Itu saja.

Sidoarjo 8:44 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar